ManusiaSenayan.id – Di tengah deru senapan dan derita masyarakat, Wakil Ketua DPD RI Yorrys Raweyai turun ke Papua Tengah buat “reses”—alias jalan-jalan dinas sambil menyerap aspirasi. Tapi yang diserap bukan udara segar, melainkan cerita horor warga yang hidup kayak di zona perang.
Yap, konflik antara TPNPB-OPM vs aparat keamanan makin rutin kayak jadwal FYP TikTok. Hasilnya? Sekolah tutup, rumah sakit sepi, dan masyarakat cuma bisa nunduk pas denger suara tembakan. Katanya sih, bukan cuma takut kehilangan nyawa, tapi juga takut masa depan ilang—karena anak-anak mereka udah lupa bentuk papan tulis.
Bang Yorrys bilang, pendekatan keamanan yang sekarang tuh rada “asal nambah personel” dari pusat. Padahal, yang tahu kondisi lapangan siapa? Pemda dan warga lokal, dong. Tapi ya begitulah, kebijakan kadang dibuat dari Jakarta, tempat paling jauh dari lokasi konflik tapi paling dekat dengan meja rapat.
Beliau juga titip pesan klise tapi manis: ayo sinergi, kolaborasi, koordinasi. Sambil nyisipin harapan: pendidikan dan kesehatan buat Papua harus dipercepat. Tapi tentu aja, jangan lupa bikin aturan pendukung dulu—Perdasi dan Perdasus biar kelihatan serius.
Sayangnya, konflik bersenjata tetap eksis. Terakhir, 18 anggota OPM ditembak TNI di Intan Jaya. Sementara itu, dua anggota Satgas Damai Cartenz juga gugur di Puncak Jaya. Damai? Hmm… kayaknya masih dalam tahap loading.
Papua bukan zona eksperimen. Warga bukan pion. Jadi, kalau pemerintah pusat beneran niat beresin konflik, coba denger suara warga, bukan cuma laporan power point.