ManusiaSenayan.id – Jakarta lagi-lagi jadi panggung “drama action” versi real life. Bukan film, bukan game, tapi aparat polisi yang bawa-bawa rantis Brimob ala barracuda sampai bikin satu driver ojol tewas dan satu lagi luka parah. Yes, tabrak lari by polisi. Epic? Nope. Tragis banget.
PB HMI nggak tinggal diam. Mereka ngeluarin pernyataan keras: ini bukan kali pertama polisi main barbar waktu demo. Bukannya jaga ketertiban, malah tampil kayak boss final di game—brutal, nggak ada sisi humanis. Kapolri dan Kapolda Metro Jaya? Menurut HMI, gagal total jaga Jakarta.
Yang lebih miris, dalam tiga hari terakhir aja, katanya udah 300 lebih massa aksi diciduk seenaknya. Padahal aturan jelas ada, Perkapolri soal HAM juga ada, tapi kayaknya diabaikan. Dari Januari sampai Agustus 2025, tercatat ada 30 kasus kekerasan polisi ke warga sipil. Dari penganiayaan, penangkapan ngawur, penembakan, sampai tragedi ojol yang jadi korban hari ini.
Melalui Ketua Bidang PTKP PB HMI, Abdul Hakim El, HMI tegas: Polri butuh reformasi total, bukan cuma ganti jargon. Dari pucuk pimpinan sampai mindset di lapangan. Presiden sama DPR pun nggak bisa lepas tangan. Kalau polisi jadi brutal kayak gini, gimana rakyat bisa percaya sama aparat yang harusnya melindungi?
Empat poin tuntutan mereka jelas:
1.Kapolri Listyo Sigit & Kapolda Asep Edi Suheri out, plus minta maaf ke keluarga korban.
2.Pemerintah, DPR, dan Polri segera reformasi—Kompolnas kudu diperkuat.
3.Pelaku tabrak lari diproses hukum, jangan ada drama impunitas.
4.Stop kekerasan ke warga sipil, apalagi waktu demo.
Polisi yang harusnya “melindungi dan mengayomi” sekarang malah kayak jadi musuh publik nomor satu tiap ada aksi. Kalau nggak segera dibenahi, jangan salahin rakyat kalau makin hilang respek.