ManusiaSenayan.id – Gengs mungkin sering lihat berita: “Anggota DPR balik ke dapil saat reses.” Terus mikir, “Reses tuh apaan sih? Healing ramean pake APBN?”
Tenang, Sena jelasin biar nggak gagal paham.
Reses itu bukan singkatan dari “Resmi Santai Sejenak,” tapi masa di mana anggota DPR nggak sidang di Senayan, melainkan balik ke daerah pemilihannya (dapil). Katanya sih, buat serap aspirasi rakyat. Tapi jujur, kadang yang diserap cuma WiFi rumah sendiri.
Secara teori, masa reses itu momen sakral. Wakil rakyat kembali ke akar, dengar keluhan warga, serap jeritan rakyat kecil, sampai—katanya—bawa solusi ke meja parlemen. Tapi di lapangan? Banyak yang justru jadi momen photo-op, bagi-bagi sembako, atau nampang di baliho sambil senyum lima jari, biar elektabilitas tetap cling.
Kenapa sering banget balik ke dapil? Soalnya itu ladang suara, bro. Di sinilah mereka dulu “dibesarkan” waktu kampanye. Jadi wajib jaga “kandang” biar pas Pemilu nggak diganti sama caleg baru. Bisa dibilang, reses itu semacam ngapel politik, biar warga nggak pindah hati.
Yang bikin publik geli-geli miris, kegiatan reses ini dibiayai negara. Jadi walaupun nggak kerja di kantor DPR, tetap digaji, plus dapet tunjangan. Mantap kan? Kita healing bayar sendiri, mereka healing sambil nyebutnya “serap aspirasi”.
Tentu, nggak semua anggota DPR begitu. Ada kok yang benar-benar turun ke pasar, dengerin pedagang ngeluh soal harga cabai, atau ngobrol sama petani tentang pupuk langka. Tapi yang model begini biasanya nggak viral, soalnya nggak ngundang kameramen dulu.
Jadi, kalau ada yang nanya “Apa itu reses?”, jawab aja:
“Waktu istirahat DPR, tapi tetap dibayar. Bedanya, mereka nggak ke Bali, tapi ke dapil. Kadang bawa pulang curhatan, kadang cuma bawa oleh-oleh elektabilitas.”
Karena di negeri demokrasi, wakil rakyat memang rajin pulang… kalau lagi butuh dukungan.