ManusiaSenayan.id – Perkumpulan Lingkar Ganja Nasional (LGN) lagi-lagi unjuk gigi. Tapi tenang, mereka gak ngadain pesta ganja atau demo sambil bakar daun. Yang ini serius (tapi tetap santai): mereka resmi ngirim surat ke Badan Narkotika Nasional (BNN), minta diajak ngobrol soal riset ganja medis yang katanya lagi dikerjain bareng Universitas Udayana di Bali.

Isi suratnya? Gak ngancem, gak lebay. Cuma minta: “BNN, bisa jelasin gak sih risetnya udah sampai mana? Desain penelitiannya kayak gimana? Dan plis, libatin masyarakat sipil juga dong, jangan kerja diam-diam kayak lagi bikin surprise party.”

Surat itu diserahkan langsung sama Ketua Umum LGN, Riyadh Fakhruddin, ke kantor BNN di Cawang. Bukan buat bikin ribut, tapi ngajak ngobrol baik-baik. LGN bilang, riset soal ganja medis itu gak bisa dikerjain sendirian. Harus transparan, inklusif, dan pastinya sesuai hak asasi manusia. Soalnya, ini bukan cuma soal tanaman, tapi soal hak rakyat buat sehat.

LGN juga ngingetin, riset ilmiah harus punya dasar hukum dan bukti kuat. Dan mereka gak dateng dengan tangan kosong—bawa data, kajian, dan siap kasih masukan. Jadi, ini bukan komunitas ngasal. Ini tim yang udah baca UU, nonton sidang MK, dan siap adu argumen pake referensi.

Mereka juga muji Kepala BNN, Komjen Pol Marthinus Hukom, yang udah mulai bicara soal pendekatan nonpidana buat pengguna narkoba. LGN bilang, ini langkah awal yang positif—kayak akhirnya negara sadar bahwa orang yang sakit tuh butuh obat, bukan borgol.

Tapi ada satu yang bikin kesel: Surat Edaran MA No. 04/2010 yang bikin rehabilitasi medis jadi susah. LGN minta aturan itu dikaji ulang biar gak nginjek-injek semangat dekriminalisasi yang lagi dibangun.

Terakhir, mereka juga heran: riset ganja medis ini kok BRIN-nya gak kelihatan? Padahal, menurut Putusan MK dan Perpres 78/2021, riset kayak gini seharusnya ada di bawah koordinasi BRIN. Kalau BRIN gak ikut nimbrung, jadi pertanyaan besar dong: ini riset resmi negara atau eksperimen diam-diam?

Intinya?
LGN gak minta ganja bebas di warung kopi. Mereka cuma pengen riset medisnya jalan dengan akal sehat, transparan, dan melibatkan semua pihak. Masa negara riset sendiri, hasilnya buat rame-rame? Kok kayak beli martabak tapi gak diajak makan?