ManusiaSenayan.id – Dunia pendidikan kembali bikin drama, kali ini bukan soal ujian nasional atau guru honorer, tapi soal laptop. Yes, laptop. Bukan giveaway Shopee, tapi proyek pengadaan laptop yang diduga dicoreng-coreng aroma korupsi dengan nilai fantastis: Rp9,9 triliun! Plot twist-nya, ini terjadi di era Menteri Nadiem “Mas Menteri” Makarim.

Kejaksaan Agung udah naik level: dari kepo ke serius. Mereka udah resmi ngusut kasus ini lewat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus. Katanya sih, program digitalisasi pendidikan tahun 2019–2023 itu… agak janggal.

Plot utama: Chromebook yang katanya keren, ternyata… zonk?

Menurut Kejagung, tim teknis disuruh bikin kajian khusus biar seolah-olah Indonesia butuh banget Chromebook. Padahal, pas dites 1.000 unit di 2019, hasilnya: meh. Kenapa? Karena Chromebook haus Wi-Fi, sedangkan banyak sekolah di negeri ini sinyal aja kayak hantu—ada tapi tak terlihat.

Bujet Sultan, Manfaat? Belum Jelas

Nilai proyeknya sampai bikin netizen pengen rebahan aja: Rp9,9 triliun. Ada Rp3,5 triliun di sekolah, dan sisanya, Rp6,3 triliun, dari Dana Alokasi Khusus. Kejagung masih hitung-hitungan soal kerugian negara. Tapi yang pasti, duitnya udah kayak saldo ATM influencer level dewa.

Arah angin ke siapa?

Kejagung bilang, semua pihak yang bisa “mencerahkan kasus” bakal dipanggil. Termasuk Mas Menteri Nadiem? Mungkin aja. Kalau dibutuhkan penyidik, gaspol!

Stafsus pun kena imbas

Dua mantan staf khusus Mendikbud—sebut saja FH dan JT—rumahnya udah kena geledah. Barang bukti? Laptop, HP, hardisk, dan dokumen yang (semoga) bukan cuma skripsi.

Netizen: “Anak-anak belum pegang laptop, yang pegang malah pejabatnya.”
Pendidikan digital impian, tapi jangan sampai mimpi buruk rakyat. Mending ngajar jujur pakai spidol, daripada ngajar digital tapi duitnya bocor. Gitu aja sih. Semoga yang terlibat cepat ketahuan. Kalau enggak, nanti laptopnya dikorup, tugasnya tetap ditulis tangan.