ManusiaSenayan.id Kabar baik buat warga pelosok! Program “Listrik Masuk Desa” yang digas Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dapet aplaus dari Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian. Bukan cuma nyambungin kabel, tapi ini soal nyambungin masa depan anak-anak Indonesia yang selama ini belajar sambil ngitung detik sebelum matahari tenggelam.

Hetifah bilang, program ini satu frekuensi sama misi Presiden Prabowo Subianto buat revitalisasi sekolah dan digitalisasi pembelajaran. Tapi ya, fakta di lapangan masih bikin garuk-garuk kepala. Data dari Kemendikdasmen nyebut ada 5.783 sekolah di daerah 3T yang belum kesambung listrik, plus 10.692 sekolah belum punya internet.

“Hasil dari Panja Pendidikan di daerah 3T dan daerah marginal menyoroti keterbatasan infrastruktur pendidikan serta sarana dan prasarana di Indonesia. Permasalahan ini tidak hanya terkait pada jumlah ruang kelas, tetapi juga kualitas bangunan, ketersediaan fasilitas sanitasi, listrik, air bersih, akses internet, hingga peralatan penunjang belajar,” kata Hetifah.

Bisa dibilang, anak-anak di daerah 3T selama ini udah lulus sarjana survival, karena belajar di tengah segala keterbatasan. Mungkin kalau bikin lomba “Belajar Paling Tangguh Se-ASEAN”, Indonesia auto juara.

Hetifah menegaskan, “Penanganan infrastruktur ini merupakan fondasi penting untuk memastikan pendidikan inklusi dan berkualitas bagi seluruh warga negara, termasuk yang berada di wilayah paling tertinggal sekalipun.”

Jadi ya, program “Listrik Masuk Desa” ini bukan cuma soal “nyolokin kabel”, tapi nyolokin harapan biar anak bangsa di pelosok nggak belajar dalam gelap—baik gelap beneran, maupun gelap akses informasi.