ManusiaSenayan.id – Kalau biasanya anggota DPR RI identik dengan ruang rapat ber-AC dan mic formal, beda cerita sama Gus Abdullah. Politikus muda dari Komisi III ini lebih sering ketemu warga sambil makan bareng di rumah makan lokal. Lokasinya? Magelang—suasana warung tapi isinya obrolan penuh gebrakan!

Bukan Sekadar Reses, Ini Momen Nongkrong Produktif

Dalam kunjungannya ke Dapil, Gus Abdullah pilih pendekatan “ngobrol santai sambil makan” bareng ratusan warga. Warga bebas curhat, dari alat pertanian yang telat, jalan berlubang, sampai isu viral soal konten Borobudur. Semuanya ditanggapi Gus langsung, ringan, tapi solutif.

“Bagi saya, ketemu masyarakat itu bukan kewajiban, tapi kebutuhan. Gimana bisa bikin undang-undang kalau nggak tahu keluhan asli mereka?” – Gus Abdullah.

Sekilas Profil: Dari Bekasi ke Tebu Ireng, Lalu ke Senayan!

Gus Abdullah bukan politikus instan. Dia lahir di Bekasi, sekolah dasar sampai SMA di sana, lalu kuliah Hukum Ekonomi Syariah di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Riwayat pendidikan singkat:

  • SDN Harapan Baru Bekasi (1992–1998)
  • MTs Husnul Khotimah (1998–2001)
  • SMAN 1 Babelan (2001–2004)
  • Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng (2010–2014)

Kariernya: Dari Anak Kantoran ke Komisi III

Sebelum jadi anggota DPR, Gus sempat menjajal berbagai posisi di sektor swasta dan legislatif. Dari staf, direktur, sampai komisaris utama.

Tempat kerja:

  • PT Intermetrix (2012–2014)
  • Tenaga Ahli DPR RI (2014–2019)
  • Direktur Utama PT Tiga Muda Sekawan (2017–2019)
  • Komisaris Utama PT Lintas Ekspedisi (2017–2020)
  • Komisaris Utama PT INACOM/KPBN (2020–2023)

Aktivis Tangguh di Organisasi

Sebelum ramai di panggung politik nasional, Gus Abdullah punya rekam jejak panjang di aktivisme:

  • Ketua PMII Tebuireng (2010–2014)
  • Ketua DKN Garda Bangsa (2015–2020)
  • MABINAS PB PMII (2021–2024)

Di DPR Ngapain Aja?

Sekarang, Gus Abdullah menjabat sebagai Ketua Kelompok Fraksi PKB di Komisi III DPR RI, yang membidangi hukum. Ia juga aktif di Badan Kerja Sama Antar Parlemen, bikin jembatan diplomasi antarnegara sambil ngecek hukum-hukum di negeri sendiri.K

Kenapa Harus di Warung?

Karena politik harus terasa, bukan hanya terlihat. Gus Abdullah percaya, ngobrol di warung bikin warga lebih nyaman dan aspirasi lebih jujur.

Jadi Intinya? Gus Abdullah bukan cuma “wakil rakyat” di papan nama. Dia hidup di tengah rakyat—dengar langsung suara mereka, dari meja makan, bukan dari meja rapat doang.

Kalau semua anggota DPR kayak dia, bisa jadi Senayan lebih sering dengerin rakyat ketimbang debat di mikrofon.

Mau tahu jadwal nongkrong bareng Gus di dapil selanjutnya? Siap-siap pantengin info reses, siapa tahu bisa curhat langsung sambil makan pecel lele.