ManusiaSenayan.id – Kalau truk bisa ikut diet, mungkin negara bisa hemat puluhan triliun per tahun. Tapi kenyataannya, truk ODOL alias Over Dimensi Over Load masih gentayangan di jalanan, bawa muatan lebih kayak lagi pindahan rumah satu RT. Akibatnya? Negara tekor Rp 43,47 triliun per tahun, gengs!

Dirjen Bina Marga, Roy Rizali Anwar, sampai angkat suara: umur jalan yang harusnya 11 tahun, malah tinggal 3 tahun karena dilindas truk obesitas. Ini sih bukan sekadar makan aspal, tapi ngerogotin APBN kayak camilan.

Yang lebih ngeri, truk ODOL bukan cuma bikin lubang di jalan, tapi juga di data kecelakaan. Jadi penyebab terbesar kedua insiden transportasi darat. Di tanjakan? Macet. Di tikungan? Ngeri. Di tol? 50% truk ODOL parkir manis di Trans Sumatra.

Padahal, pemerintah udah punya jurus: Instruksi Menteri PUPR No. 2 Tahun 2022 yang isinya: “Truk obesitas, minggir dulu ya!” Tapi realitanya? ODOL masih tancap gas kayak gak baca rambu.

Katanya sih, target zero ODOL bakal berlaku tahun 2026. Tapi prosesnya masih digodok, entah udah mateng atau masih setengah kempes. Sementara itu, 63% kendaraan di jalanan masih ODOL. Ibarat warung makan, mayoritas menunya “muatan lebih.”

Menurut Herry Trisaputra Zuna, ini bukan cuma soal logistik atau waktu tempuh. Tapi nyawa juga ikut dipertaruhkan. Dan katanya, “nyawa itu priceless.”
Ya, tapi kayaknya truk ODOL belum sempat baca quote itu.

Jadi sampai 2026, kita semua masih harus berbagi jalan dengan monster jalanan. Siap-siap rem mendadak dan sabar… karena yang over bukan cuma muatan, tapi juga masalahnya.