ManusiaSenayan.id Drama politik Indonesia emang nggak pernah kehabisan episode. Kali ini, giliran usulan menjadikan Soeharto—yup, Bapak Orde Baru—sebagai pahlawan nasional yang bikin netizen mikir: “Hah, serius nih?”

Tapi tunggu dulu, jangan buru-buru ngetag DPR di Instastory. Ketua DPR RI, yang juga Ketua DPP PDIP, Mbak Puan Maharani, memilih skip dulu dari keributan ini. Cucu Bung Karno itu bilang, biar Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan aja yang pusing mikirin.

“Ya setiap usulan gelar itu ada dewan kehormatan untuk mengkaji siapa saja yang menerima dan tidak menerima,” kata Puan di Senayan, sambil mungkin nahan napas lihat daftar nama yang masuk nominasi.

FYI, dewan yang dimaksud itu semacam tim juri X-Factor buat gelar kehormatan negara. Mereka dikasih bahan sama Kementerian Sosial, diteliti bareng Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP), terus hasilnya dikasih ke Presiden. Jadi, Puan ogah ikut-ikutan nge-vote. Fair enough.

Nah, soal Soeharto masuk daftar pahlawan nasional, langsung deh muncul suara kontra. Salah satunya datang dari Masinton Pasaribu, aktivis ’98 yang sekarang jadi kader PDIP. Buat Masinton, kasih gelar ke Soeharto tuh kayak nostalgia pahit: “Kita dulu demo turunin beliau, masa sekarang malah mau dinobatkan?”

Masinton justru ngusulin nama Marsinah, buruh perempuan yang tewas tragis saat memperjuangkan hak-haknya di era Orba. Katanya, Marsinah itu lambang perjuangan rakyat kecil, bukan simbol kekuasaan lama.

“Ini sejarah kan masih berjalan terus, pemberian gelar itu jangan dulu,” ujarnya.

So, kita tunggu aja. Apakah Soeharto bakal resmi jadi pahlawan nasional versi negara? Atau malah balik ke daftar tunggu, kayak antrean haji?

Yang jelas, di negeri +62, kadang yang disebut pahlawan itu tergantung siapa yang nyusun daftar. Jadi, jangan heran kalau nanti ada gelar Pahlawan Nasional: Season Dua – Plot Twist Edition.