ManusiaSenayan.id – Lagi-lagi harga beras jadi drama utama di dapur rakyat. Padahal, kata Anggota Komisi IV DPR RI, Sonny T. Danaparamita, stok di gudang Bulog melimpah, tapi entah kenapa harganya di pasar tetap bikin kening berkerut.

“Mengapa harga beras di pasar tetap tinggi, padahal stok CBP mencapai ±3,9–4 juta ton? Tentu bukan prestasi jika stok melimpah namun masyarakat kesulitan membeli beras dengan harga terjangkau,” ujar Sonny.

Data terakhir nunjukin Bulog pegang stok 3,91 juta ton, plus stok komersial hampir 9 ribu ton. Tapi meski Harga Eceran Tertinggi (HET) udah resmi naik lewat aturan baru Bapanas, kenyataannya harga pasar masih terbang bebas.

Sonny pun nyentil pemerintah buat cepet turun tangan. “Meskipun HET sudah dinaikkan, harga di pasar tetap melambung. Ini menandakan ada masalah distribusi dan pengelolaan stok,” katanya.

Politisi PDI Perjuangan itu juga wanti-wanti supaya Bulog main fair. “Lambatnya distribusi beras ke daerah-daerah adalah persoalan yang harus segera diselesaikan,” tegasnya.

Ia juga minta supaya beras lama jangan dibiarkan nganggur di gudang. “Beras impor yang masih layak konsumsi harus segera dikeluarkan agar negara tidak menanggung kerugian,” tambahnya. Prinsip first in, first out jadi wajib biar stok muter dengan sehat.

Masalah lain yang disorot Sonny: perbedaan harga antarwilayah. “Tidak adil jika masyarakat di Papua dan Maluku harus membeli beras dengan harga dua kali lipat dibandingkan di Pulau Jawa,” ujarnya.

Sonny menutup dengan warning keras: “Perlu diantisipasi upaya mengail di air keruh yang merugikan rakyat kecil.”

Harga beras memang butiran kecil, tapi kalau harganya bikin nangis, dampaknya bisa segede Indonesia.