ManusiaSenayan.id – Munculnya anggota DPR muda bikin banyak dari kita optimis: akhirnya ada yang seumuran, satu frekuensi, dan ngerti keresahan anak muda di kursi parlemen. Mereka tampil lebih santai, aktif di media sosial, dan sering banget angkat isu-isu yang kita peduliin—dari lingkungan, hak digital, sampai nasib pekerja kreatif. Tapi pertanyaannya, cukup nggak cuma kagum?
Jawabannya: nggak cukup. Kagum boleh, tapi yang lebih penting adalah mengawasi. Karena seberapapun muda dan keren tampilan mereka, tetap aja mereka punya kekuasaan besar yang harus dipertanggungjawabkan. Dan kita sebagai warga—apalagi anak muda—harus jadi bagian dari proses pengawasan itu.
Kita bisa mulai dari hal sederhana: ikutin aktivitas mereka di media sosial (bukan cuma buat nge-like, tapi buat ngerti kerja mereka), baca laporan kinerja, ikutan diskusi, dan aktif kasih masukan. Kalau mereka bikin salah? Kritik. Kalau mereka bener? Apresiasi. Politik bukan soal fanbase, tapi soal kerja nyata untuk rakyat.
Jangan sampai kita terjebak cuma karena mereka “sefrekuensi”, lalu jadi lupa tugas utama: memastikan mereka tetap kerja untuk publik, bukan untuk citra pribadi atau partai. Ingat, mereka dipilih untuk kerja, bukan sekadar eksis.
Anggota DPR muda bisa jadi harapan, tapi mereka juga bisa jadi kekecewaan kalau nggak diawasi. Jadi yuk, jangan cuma jadi penonton yang pasif. Kita punya hak, punya suara, dan punya kekuatan buat terus mendorong perubahan.
Karena politik yang sehat itu lahir dari partisipasi aktif rakyatnya. Termasuk dari kita—anak muda yang katanya melek, kritis, dan nggak gampang dibodohi.