ManusiaSenayan.id Gengs nasi putih, kabar dari NTB ini lebih pedas dari sambel setan: beras oplosan—alias beras campuran kualitas ecek-ecek—dijual pake label premium. Gila, ini udah bukan “menipu lidah” lagi, tapi ngerusak kepercayaan nasional!

Untung ada Senator NTB, Mirah Midadan Fahmid, yang langsung ngegas. “Jika benar ditemukan kasus pencampuran beras dengan kualitas buruk yang dipasarkan sebagai premium, maka ini bukan hanya pelanggaran konsumsi, melainkan kejahatan sosial dan etika pemasaran pangan nasional,” ujarnya.

Dan bukan cuma oplosan biasa, ya. Ini dilakukan di gudang milik oknum ASN. Fix, level ngoplosnya udah naik kelas. Nggak cukup di pasar gelap, sekarang masuk ke ranah birokrat.

Senator Mirah nggak mau setengah-setengah. “Saya minta bukan hanya penegakan hukum yang keras, tetapi sistem distribusi pangan subsidi di NTB perlu direstrukturisasi total. Jika perlu, seluruh rantai distribusi ditertibkan, bukan hanya pelakunya saja.”

Lucunya, Bulog NTB buru-buru bilang, “Kita nggak terlibat, kok!” Tapi Mirah nggak tinggal diam: “Kalau beras oplosan tetap beredar di masyarakat, artinya distribusi subsidi gagal, rakyat jadi korban mafia pangan.”

Yang paling plot twist: Kepala Bapanas bilang nggak masalah supermarket jual beras “broke”, asal masih layak makan. Mirah tanggapannya kalem tapi nyelekit: setuju, asal labelnya jujur. Karena beli beras itu bukan undian, Bro. Konsumen berhak tahu dia lagi makan beras kelas ekonomi, bisnis, atau first class.

Mirah tutup dengan kalimat telak: “Negara tidak boleh hanya jadi penonton.” Betul, Bu. Karena kalau negara cuma duduk nonton, jangan-jangan nanti yang jual beras oplosan malah dapet standing ovation.