ManusiaSenayan.id – Guys, kabar baik buat kamu yang sering bilang: “Duh, kerja di Indo gajinya nggak cukup buat healing.” Nih, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding baru aja ngumumin kalau Jepang lagi butuh 639.000 tenaga kerja per tahun dari seluruh dunia. Banyak banget kan, kayak jumlah penonton konser K-Pop di GBK.
“Kalau Indonesia bisa mengisi 10 persen saja, berarti ada sekitar 63.000 pekerja setiap tahun. Ini peluang besar yang tidak boleh dilewatkan,” kata Karding.
Tapi jangan keburu packing koper dulu. Karding ngingetin, kalau mau kerja ke Jepang harus prosedural, terlatih, bersertifikat, dan yang terpenting menguasai bahasa Jepang,” ujarnya. Jadi, minimal kamu bisa bilang “Ohayou gozaimasu” dulu lah biar nggak dikira turis nyasar.
Nah, ada satu hal yang bikin Karding agak gerah. Dia bilang, banyak PMI di Jepang dikirim dengan status “magang”, padahal aslinya kerja full. “Kalau bisa bekerja, kenapa harus magang tiga tahun? Itu bukan magang, itu kerja,” tegasnya. Satire halus banget, Pak Menteri!
Makanya, pemerintah RI lagi dorong biar skema kerja lebih jelas, kayak lewat jalur SSW (Specified Skilled Worker). Jadi tenaga kerja Indonesia bisa dihargai sesuai keringatnya, bukan dianggap anak magang abadi.
Biar siap bersaing, KemenP2MI juga buka kelas migran di sekolah dan kampus, plus ngajak eks PMI Jepang jadi guru bahasa. “Kami tidak hanya ingin mengirim PMI, tapi memastikan mereka terlindungi, terampil, dan siap bersaing,” kata Karding.
Intinya, kerja ke Jepang bukan cuma soal ngejar yen, tapi juga soal harga diri. Kata Karding, “PMI harus ditempatkan secara bermartabat.” Nah, mantap!