ManusiaSenayan.id – Di tengah gempuran konten lowongan kerja yang ujung-ujungnya scam, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli muncul membawa semangat No One Left Behind—alias semua diajak maju, tapi yang nyangkut di jalan tetap banyak.

Dalam forum yang judulnya kayak skripsi, “Menghadirkan Negara Sejahtera Berlandaskan Etika,” Menaker meyakinkan publik bahwa Indonesia lagi serius bikin sistem kerja yang adil dan ramah semua kalangan. Bahkan sampe bikin Direktorat Penempatan Kerja Disabilitas. Keren sih—secara teori.

“Minimal 1% pekerja harus disabilitas,” kata Pak Menteri. Kalau tenaga kerja formal ada 60 juta, berarti ada 600 ribu peluang. Tapi jangan buru-buru ngasih tepuk tangan dulu, karena peluang ≠ realisasi. Soalnya, masalahnya bukan cuma aturan. Tapi juga kantor dan jobdesk yang kadang gak disabilitas-friendly.

Terus, katanya ada SIAPKerja—aplikasi jodohin CV dan lowongan. Kayak Tinder versi job seeker, bedanya gak ada swipe kanan, cuma harap-harap cemas habis kirim CV, terus masuk black hole.

Job fair juga katanya bakal direformasi. Bukan lagi tempat berburu kerja, tapi ajang pamer pelatihan dan konsultasi. Yah, gapapa sih, asal jangan cuma jadi ajang bagi-bagi brosur dan selfie bareng booth.

Soal BPJS? Yassierli ngaku, cakupannya masih kayak sinyal di pegunungan—putus nyambung apalagi buat pekerja informal.

Intinya, Pak Menteri pengen semua dapet akses kerja, perlindungan sosial, dan pelatihan. Tapi, realitanya? Masih banyak yang ditinggal kereta. Jadi, No One Left Behind itu bagus… asal jangan jadi tagline doang tanpa action.