ManusiaSenayan.id – Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, hari ini blusukan ke RDF Rorotan, Jakarta Utara. Tujuannya? Mengecek langsung “pabrik impian” pengolah sampah yang katanya sih bisa jadi bahan bakar alternatif, tapi kenyataannya malah bikin warga sekitar pengen pindah domisili.
Datang bareng rombongan pejabat DKI, Pak Menteri ngecek setiap sudut RDF kayak lagi sidak dapur rumah makan. “Saya mau liat langsung, soalnya laporan dari Pemprov DKI kan katanya mulus-mulus aja. Tapi lapangan kadang beda sama PowerPoint,” ucap Hanif sambil mantau hanggar utama tempat sampah diproses.
Dan benar saja, warga sekitar ternyata nggak sepakat sama narasi ‘semuanya baik-baik saja’. Maret lalu, warga Rorotan yang tergabung dalam Forum Warga Peduli Kesehatan sempat demo damai, nuntut pabrik RDF ditutup permanen. Alasannya? Bau sampah menyengat, uji coba gagal berkali-kali, asap menyelinap ke dapur-dapur warga, dan kesehatan makin ngedrop. Bikin ‘segar’ tiap hari, katanya, tapi bukan karena energi terbarukan—melainkan terpaksa sering ke Puskesmas.
Uji coba RDF akhirnya disetop. Sampah yang sudah terlanjur nyangkut di bunker pun diungsikan ke Bantargebang, kayak orang habis ngerantau tapi gagal survive. Tapi jangan senang dulu, karena Dinas LH DKI punya rencana mulia: RDF Rorotan akan aktif kembali akhir Juli 2025.
Apa bedanya nanti? Nah, katanya akan ditambah deodorizer alias alat penghilang bau. Jadi, bukan solusi soal sistem, tapi semacam… semprot pewangi kamar mandi. “Kami berharap sekitar Juli sudah rapih, sudah siap,” kata Kepala Dinas LH Asep Kuswanto.
Warga sih cuma bisa berharap, jangan sampai pabrik ini berubah jadi “Refuse to Breathe Facility” alih-alih Refuse Derived Fuel. Soalnya, kalau bikin energi tapi bikin warga sesak, itu namanya bukan terbarukan, tapi terbatukkan.