ManusiaSenayan.id — Kabar baik buat kalian yang selama ini ngeluh karena sekolah dasar swasta rasanya kayak bayar cicilan rumah. Mahkamah Konstitusi (MK) resmi bilang: pendidikan dasar itu hak, bukan beban cicilan bulanan. Bahkan, swasta pun nggak boleh sembarangan narik duit lagi.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pak Pratikno, langsung kasih respons positif. Katanya sih, bakal koordinasi sama kementerian lain biar aturan ini bisa jalan mulus. Tapi seperti biasa, pemerintah masih harus “menyusun strategi presisi“, “mengkaji regulasi“, dan “mengatur ulang skema pembiayaan“. Terjemahan bebasnya: belum sekarang ya bestie.
“Putusan MK ini memperjelas kalau pendidikan itu hak rakyat, bukan bisnis keluarga elite,” kata Pratikno sambil menyisipkan jargon afirmatif nan idealis. Ia juga bilang, keputusan ini bisa bantu anak-anak dari keluarga tidak mampu yang kepepet masuk swasta karena sekolah negeri udah penuh kayak konser Coldplay.
Namun, realitanya belum semanis press release. Pemerintah masih sibuk mikir gimana caranya nyulap anggaran biar sekolah swasta tetap hidup meski nggak boleh narik biaya. Soalnya, kalau salah atur, bisa-bisa sekolah swasta berubah jadi pos ronda ber-AC.
Putusan MK ini sendiri muncul karena Pasal 34 ayat 2 di UU Sisdiknas dianggap terlalu ambigu—kayak mantan yang bilang “kita temenan aja, tapi perhatian terus.” Frasa “tanpa memungut biaya” ternyata menimbulkan tafsir yang bisa seenaknya. Swasta jadi punya celah narik duit, dan rakyat kecil lagi-lagi kejebak biaya pendidikan yang makin absurd.
Hakim Enny Nurbaningsih bilang ini bentuk diskriminasi terselubung. Masa ada yang bisa sekolah gratis, yang lain harus bayar karena kehabisan kursi negeri? Gitu amat.
Yah, kita tunggu aja. Semoga sih nggak cuma jadi janji manis kayak brosur properti. Karena nyatanya, anak-anak butuh sekolah, bukan seminar rencana-rencana kosong. Let’s see, apakah kali ini negara benar-benar mau pasang badan buat pendidikan?