ManusiaSenayan.id Di tengah gemuruh ombak dan aroma asin laut Aceh Besar, muncul satu nama yang lagi naik daun di panggung nasional: Tgk. Ahmada MZ. Lahir di Meulayo, Aceh, sosok ini bukan cuma politisi biasa — dia “anak kampung yang nggak lupa akar”, religius, dan punya sense of belonging tinggi terhadap tanah kelahirannya.

Sekarang, Ahmada resmi duduk sebagai anggota DPD RI periode 2024–2029, mewakili Provinsi Aceh. Tapi buat warga Aceh, dia bukan sekadar senator. Ia dianggap sebagai penjaga martabat daerah, orang yang berani bicara lantang soal Aceh di tengah kebijakan pusat yang kadang “kurang peka”.

Jejak Politik & Representasi

Sebelum duduk di kursi Senayan, Tgk. Ahmada MZ udah cukup kenyang pengalaman di politik lokal. Ia pernah jadi anggota DPRK Aceh Besar periode 2014–2019 lewat Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dari situ, ia mulai dikenal sebagai sosok yang konsisten bawa isu rakyat kecil — dari pendidikan, pembangunan desa, sampai urusan batas wilayah.

Pas Pemilu 2024, Ahmada resmi melangkah ke level nasional dengan status senator. Ia sukses meraih 207.464 suara, angka yang jadi bukti kepercayaan masyarakat Aceh terhadap perjuangannya.

Drama Empat Pulau & Sikap Tegas Senator Aceh

Titik balik popularitasnya datang waktu muncul polemik soal empat pulau Aceh SingkilPulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek — yang secara administratif “digeser ke Sumatera Utara” oleh Kemendagri.

Alih-alih diam, Tgk. Ahmada MZ langsung speak up. Dalam wawancaranya dengan Meuseuraya.id (2024), ia bilang keputusan itu “nggak mencerminkan realitas lapangan dan bisa bikin kisruh administratif.”

Menurutnya, secara sejarah dan budaya, empat pulau itu jelas bagian dari Aceh. Bahkan, ada tugu batas wilayah yang dibangun pemerintah Aceh dan Aceh Singkil sebagai bukti fisik. Ia mendesak pemerintah pusat untuk review ulang keputusan dan mengedepankan dialog damai antar-daerah.

Sikapnya ini dapet dukungan luas, termasuk dari pemerintah Aceh dan tokoh masyarakat. Media seperti Antara Aceh bahkan menyebut langkah Ahmada sebagai “upaya mengembalikan pulau-pulau yang hilang ke pangkuan Aceh secara bermartabat.”

Dekat dengan Warga, Nggak Cuma Formalitas

Nggak cuma vokal soal pulau, Ahmada juga aktif turun ke lapangan. Contohnya, ia pernah dampingi warga dari tiga desa di Kecamatan Seulimeum, Aceh Besar, buat minta pembangunan sekolah MIN baru karena jarak ke sekolah terdekat terlalu jauh. Dalam audiensi di Kemenag Aceh (2024), ia ngomong langsung soal pentingnya akses pendidikan yang adil.

Karakter & Citra: Religius, Tegas, tapi Santai

Scroll aja akun Instagram @tgk.ahmada — kamu bakal nemuin postingan campuran antara kegiatan sosial, kritik kebijakan pusat, dan quotes religi khas Aceh. Gayanya santai tapi berisi.

Di DPD, ia dijuluki “penjaga kedaulatan administratif Aceh”. Tapi di mata warga, ia lebih mirip abang sendiritegas, terbuka, dan selalu ngomong pake data plus sejarah.

Penutup: Aceh Punya Suara, Bukan Sekadar Simbol

Buat Tgk. Ahmada MZ, jadi senator bukan soal kursi atau jabatan, tapi soal tanggung jawab moral. Ia percaya bahwa Aceh bukan daerah pinggiran, tapi garda depan Indonesia.

Dengan gaya yang sederhana tapi tegas, Ahmada terus berdiri di garis depan: menjaga pulau, martabat, dan identitas Aceh agar tetap utuh di tengah arus besar kebijakan nasional.