ManusiaSenayan.id – Kalau biasanya orang kirim CV lewat email, dua sahabat ini mainnya langsung door to door ke perusahaan. Target? Bebas. Asal bisa digaji bulanan dan nggak ditanyain “pengalaman berapa tahun?”, gas! Rizki dan Angga, dua alumni dunia kerja kontrakan, sekarang jadi pasukan ojol dan kurir online. Bukan karena passion, tapi karena pengeluaran nggak bisa diajak kompromi.
“Gue dulu kerja dua tahun di Alfamart, jaga toko. Kontrak abis Januari, terus ya udah, balik ke jalanan,”
cerita Rizki, sambil ngelap keringet dari balik helm. Kini dia antar manusia dan makanan demi ** sesuap nasi** dan segelas Pertalite.
Sementara Angga, eks operator pabrik di Pulo Gadung, sekarang jadi kurir barang.
“Udah out sejak Mei tahun lalu. Sekarang sih nganter paket. Kadang barangnya lebih berat dari beban hidup,” katanya dengan tawa getir.
Mereka berdua kompak: siang ngojek, malam kirim lamaran. Pekerjaan tetap ibarat mantan yang susah move on—dulu pernah punya, sekarang cuma bisa berharap balikan. CV mereka udah kayak spam folder HRD: banyak masuk, jarang dibuka.
“Sehari paling dapet seratus ribu. Tapi itu belum dipotong bensin, makan, sama servis motor. Kadang juga cuma dapet lima puluh ribu, itu pun kalo nggak kena order fiktif,” curhat Rizki.
Angga ngangguk-ngangguk, “Kalau hoki sih bisa dua ratus ribu sehari. Tapi itu kayak nemu diskon 90 persen di akhir bulan, langka bro!”
Meski statusnya ‘freelancer jalanan’, semangat mereka tetap nyala. Bukan karena motivasi hidup, tapi karena tagihan listrik, sewa kontrakan, dan perut yang tiap hari demo.
Di tengah gempuran konten motivasi toxic ala “kerja keras pasti sukses”, kisah Rizki dan Angga justru lebih jujur: hidup itu bukan soal mimpi, tapi soal bagaimana bertahan hari ini biar bisa mimpi lagi besok.
Dan sementara para elite debat soal angka pengangguran dan digitalisasi tenaga kerja, dua sahabat ini tetap gas terus. Karena bagi mereka, nganter gorengan atau galon nggak bikin gengsi hilang—yang bikin nyesek itu pas isi CV udah rapi, tapi email balasan cuma bunyi: “Kami sudah menerima lamaran Anda. Harap menunggu tanpa harapan.”
Welcome to realita Gen Kerja Kontrak.