ManusiaSenayan.id – Kalau biasanya kerajaan kuno cuma jadi latar sinetron kolosal, beda cerita dengan Singhasari. Kawasan ini bukan cuma nostalgia sejarah, tapi lagi disulap jadi pusat ekonomi kreatif dan teknologi digital. Kata Rahayu Saraswati, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, ini sih bukan proyek biasa—ini terobosan strategis buat ngebentuk soft power Indonesia.

Jadi ceritanya, Komisi VII lagi kunker ke Malang, terus nyambangin KEK Singhasari. Bukan buat healing, tapi liat langsung bagaimana warisan budaya bisa nikah sama kecanggihan teknologi. Dari AI sampe siber, semua ada. “Dari 800 tahun sejarah Kerajaan Singhasari, kita bisa tetap bangga dengan kekayaan budaya tanpa melupakan masa depan. Justru dari budaya, kita melompat ke teknologi,” ucap Rahayu, kayak lagi pitching startup budaya.

Gokilnya, di sini ada sekolah animasi, kurikulum digital, bahkan kolaborasi sama King’s College London. Jadi kalau ada anak Malang yang jadi kreator metaverse Singhasari versi VR, jangan kaget ya.

Presiden Prabowo katanya juga getol banget dorong bidang STEM (Science, Tech, Engineering, Math). Dan KEK Singhasari kayaknya udah pasang gas duluan. Tinggal tunggu sinyal penuh dari pusat.

Tapi tunggu dulu, jangan senang dulu. Rahayu juga wanti-wanti, “KEK ini tidak bisa hanya dimanfaatkan satu kelompok. Harus menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dengan daya tarik kuat bagi investor,” tutupnya.

Jangan sampai KEK ini jadi taman bermain segelintir elite digital doang. UMKM harus diajak main bareng! Jangan sampai yang cuan cuma satu geng, sementara warga lokal cuma jadi penonton.

Intinya? Ini bukan cuma soal bangun gedung dan jaringan 5G. Ini soal bikin Indonesia keren, bukan cuma dari jumlah follower, tapi dari isi kepala. Kalau KEK Singhasari sukses, bisa jadi influencer ekonomi digital Indonesia!