ManusiaSenayan.id – PLN Batam belakangan ini kayak laptop kentang—sering nge-lag dan boros daya. Komisi VI DPR RI pun turun gunung (atau lebih tepatnya nyebrang ke pulau), buat ngecek langsung kenapa sih perusahaan pelat merah ini kayak kehabisan baterai. Dalam Kunjungan Kerja Spesifik ke Kepulauan Riau, anggota DPR dari Fraksi PDIP, Darmadi Durianto, jadi semacam teknisi profesional yang ngulik error-nya satu per satu.

Pertama, katanya:

“Kami menemukan bahwa PLN Batam mengalami kerugian yang salah satu penyebabnya adalah beban pembayaran tidak jelas kepada proyek Floating Photo Voltaics (FPV). Saat ini program tersebut sudah dihentikan, dan kami mendorong manajemen untuk segera memaksimalkan langkah-langkah efisiensi lainnya, seperti penurunan harga pembelian gas.”

Darmadi pun nyaranin PLN supaya mulai diet biaya, kayak nurunin harga beli gas. Siapa tahu bisa hemat tanpa harus uninstall listrik.

Masalah kedua, ada isu lama yang masih panas—dugaan markup pengadaan alat-alat tahun 2014–2024. Meski proyeknya udah dibatalin, Komisi VI tetap ngotot:

BUMN harus menjadi contoh dalam tata kelola yang bersih dan bebas dari praktik korupsi.”

Urusan tarif listrik juga nggak luput. Tarif industri naik kayak harga kopi di kafe hipster. Komisi VI minta evaluasi, karena kenaikan ini bisa bikin investor kabur dan warga senam jantung pas lihat tagihan.

Tapi nggak semua gelap, gengs. Batam ternyata punya potensi jadi raja data center, soalnya listriknya lebih murah dari Malaysia dan Singapura. Cuma Rp1.800/kWh, cuy, bandingin sama tetangga yang bisa nyampe Rp3.000!

Kesimpulannya? Komisi VI nggak cuma datang buat selfie sama meteran listrik. Mereka mau PLN Batam jadi efisien, bersih, dan siap bersinar lagi—tanpa drama, tanpa boros daya.