ManusiaSenayan.id – Yo, gengs kampus dan pejuang minimarket. BEM KM UGM baru aja bikin langkah yang gak main-main: mereka resmi cabut dari Aliansi BEM Seluruh Indonesia Kerakyatan (alias BEM SI Kerakyatan). Kenapa? Karena Munas BEM SI di Padang yang harusnya jadi ajang “serius-serius kerakyatan” malah lebih mirip kopdar elite—lengkap dengan menteri, partai politik, aparat, dan… karangan bunga dari BIN.

Ketua BEM KM UGM, bang Tiyo Ardianto, bilang ini bukan karena baper, tapi karena “enggan jadi bagian dari kemunduran gerakan.” Oof, kena mental nggak tuh?

Katanya, Munas XVIII yang digelar 13–19 Juli 2025 itu harusnya jadi ruang strategis mahasiswa buat nyusun agenda perjuangan rakyat. Tapi kenyataannya? Ruang sidang kayak seminar nasional yang penuh sambutan pejabat, bukan orasi mahasiswa. Udah gitu, Ketum Partai Perindo, Menpora, Wagub Sumbar, Kapolda, sampe Kepala BIN nongol kayak tamu kehormatan. Lengkap dengan karangan bunga. Iya, karangan bunga bro!

“Ini bukan sekadar bunga. Ini tanda darurat. Mahasiswa jangan sampai jadi karpet merah kekuasaan,” ujar Tiyo sambil kayaknya nahan emosi dan sinis elegan.

BEM UGM pun resmi cabut sehari sebelum penutupan Munas, tepatnya 18 Juli. Mereka lempar 9 poin pernyataan sikap, semacam surat cinta bernada keras buat BEM SI.

Jadi pertanyaannya sekarang: gerakan mahasiswa mau tetap jadi watchdog, atau peliharaan elit? Karena kalau mahasiswa udah asik duduk bareng kekuasaansiapa lagi yang bakal berdiri buat rakyat?