ManusiaSenayan.id – Jadi gini, gengs. Di tengah gegap gempita pembangunan Ibu Kota Baru dan segala proyek “mewah” yang katanya visioner, ada Bu Dona Lubis, bidan dari Pasaman, Sumbar, yang viral karena harus nyebrang sungai deras tanpa jembatan demi nganterin obat ke pasien TBC. Fix bukan cinta yang butuh perjuangan, tapi kesehatan.
Akses ke Kejorongan Sinuangon itu terputus karena jembatan sepanjang 15 meter putus sejak 1 Agustus. Tapi Bu Dona? Tetap nyebur. Karena menurutnya, itu bagian dari tugas. Bukan disuruh negara, tapi dipanggil nurani. Hebat? Banget. Ironis? Jelas.
Ketua DPR RI Puan Maharani pun angkat bicara. “Pengabdian seperti yang dilakukan Ibu Dona patut dihormati, tetapi kita harus jujur bahwa negara tidak boleh membiarkan para tenaga medis menggantikan tanggung jawab infrastruktur dasar yang belum hadir,” katanya.
Terus beliau bilang juga, “Akses kesehatan yang setara dan aman adalah hak setiap warga negara, yang semestinya menjadi tanggung jawab Negara.”
Betul, Bu. Tapi kalau negara masih sibuk bikin jembatan di metaverse dan lupa sama jembatan nyata yang putus, ya jangan heran kalau warganya harus berenang buat bertahan hidup.
“Ketika satu jembatan rusak menyebabkan terputusnya akses ke fasilitas kesehatan, maka yang terganggu bukan hanya alur logistik, melainkan potensi hilangnya nyawa manusia,” lanjut Puan.
Intinya, negara jangan cuma hadir di laporan tahunan. Hadir juga dong di pedalaman, tempat Bu Dona berjuang tanpa jaminan keselamatan. Karena kesehatan rakyat nggak bisa ditunda sampai proyek mercusuar selesai.