ManusiaSenayan.id – Bayangin seorang anak kecil jalan kaki pulang sekolah di Buleleng, Bali, pakai sepatu bekas yang kebesaran. Sakit, nggak nyaman, tapi nggak ada pilihan lain. Anak itu adalah Ni Luh Djelantik. Dari rasa nggak nyaman itu lahirlah tekad: suatu hari dia bakal bikin sepatu yang bukan cuma pas di kaki, tapi juga bikin orang bangga memakainya.

Lahir 15 Juni 1975, Ni Luh tumbuh di keluarga sederhana. Ia terbiasa bantu ibunya dagang di pasar, belajar keras bahwa hidup nggak akan ngasih apa pun kalau kita nggak berjuang.

Dari Singaraja ke Panggung Dunia

Setelah tamat SMA, Ni Luh pindah ke Jakarta. Kuliah di Universitas Gunadarma sambil kerja, dia ngejar mimpi dengan mental “gass terus”. Dunia fashion jadi pintu masuknya. Waktu kerja di label Paul Ropp, ia berhasil bikin penjualan meroket sampai brand itu buka butik di New York.

Tahun 2008, ia bikin gebrakan: lahir brand Niluh Djelantik. Sepatu kulit handmade dari Bali yang elegan tapi tetap lokal vibes. Produk Ni Luh bukan kaleng-kaleng. Seleb dunia kayak Julia Roberts, Uma Thurman, Gisele Bündchen, sampai Paris Hilton pernah pakai karyanya.

Yang bikin orang salut? Ni Luh nggak tergoda pindah produksi ke luar negeri. Dia tetep setia sama Bali, biar pengrajin lokal tetap hidup dan karya tetap punya jiwa.

Dari Catwalk ke “Lapor Niluh”

Kesuksesan di fashion nggak bikin Ni Luh lupa kampung halaman. Ia bikin kanal “Lapor Niluh”—tempat orang Bali curhat soal masalah sehari-hari. Mulai dari turis bule yang bikin ulah sampai usaha ilegal yang meresahkan. Setiap aduan diproses, banyak yang langsung bikin aparat turun tangan.

Ni Luh jadi semacam “call center rakyat” dengan gaya blak-blakan. Kadang bikin kontroversi, tapi justru itu yang bikin orang percaya: dia berani ngomong apa adanya.

Lika-Liku Jalan Politik

Tahun 2019, Ni Luh coba masuk DPR lewat Partai NasDem. Hasilnya? Gagal. Tapi gagal nggak bikin dia kapok. Tahun 2022, ia keluar dari partai dan pilih maju independen ke DPD RI.

Dan inilah plot twist paling keren: di Pemilu 2024, Ni Luh meraih 377.152 suara, resmi jadi senator Bali—satu-satunya perempuan dari Bali di Senayan.

Senator yang Bawa Suara Pinggiran

Begitu duduk di kursi DPD, Ni Luh langsung kasih sinyal jelas: dia nggak mau jadi politisi menara gading. Fokusnya adalah UMKM, pariwisata berbudaya, pendidikan, isu perempuan dan anak, plus suara rakyat kecil.

Bahkan, ia sempat bilang bakal mengembalikan gajinya ke rakyat Bali lewat program yang transparan. Janji yang jarang banget keluar dari mulut pejabat.

Suara lantangnya bikin dia pernah dipanggil Badan Kehormatan DPD. Tapi alih-alih takut, Ni Luh malah dikawal ratusan driver pariwisata Bali. Mereka datang bukan karena disuruh, tapi karena merasa Ni Luh bener-bener wakil mereka.

Dari Buleleng untuk Indonesia

Cerita Ni Luh Djelantik kayak dongeng modern: dari pasar tradisional di Buleleng, bikin sepatu yang mendunia, sampai kini jadi senator yang berjuang buat suara pinggiran.

Buat generasi muda, dia bukti nyata kalau politik bisa punya wajah lain. Bukan cuma ruang elitis, tapi juga ruang untuk orang biasa yang peduli dan berani bersuara. Ni Luh udah buktiin, suara dari pinggiran pun bisa mengguncang Senayan.