ManusiaSenayan.id – Kalau kamu pikir PT Pos Indonesia cuma sibuk kirim paket COD, ternyata di balik layar ada drama yang lebih seru dari sinetron jam 7 malam. Kamis (15/6/2025) kemarin, segerombolan pekerja dan pensiunan PT Pos datang ngegas ke DPR. Tujuannya? Curhat ke Ketua Satgas Perlindungan Tenaga Kerja, Bang Sufmi Dasco Ahmad—alias Wakil Ketua DPR yang juga punya mode full simpati on.

Katanya sih, mereka udah lama tahan batin soal sistem pengupahan yang mirip banget sama WiFi publik: lemah, nggak jelas, dan sering putus nyambung. Belum lagi, uang pensiun yang dulu ada, terus hilang, terus katanya mau ada lagi. Plot twist-nya lebih susah ditebak dari film thriller Korea.

Bang Dasco, ditemani Mbak Saraswati (Gerindra) dan Mas Abraham Sridjaja (Golkar), duduk bareng di Gedung Nusantara III. Mereka dengerin curhatan panjang kali lebar dari para pekerja.

“Kami mendengarkan aspirasi dan kami tadi sudah berdiskusi lebih dalam dengan teman-teman Serikat Pekerja Pos. Dan segera akan kami tindak lanjuti untuk koordinasi dengan Kementerian BUMN, Danantara, dan tentunya direksi PT Pos,” ujar Dasco dengan nada khas ‘kami sedang berproses.’

Tapi ya gitu… “Segera” versi DPR itu kadang bisa secepat kilat, kadang kayak kiriman pos ekonomi: datangnya lama, isinya bikin kecewa.

Yang bikin miris, para pensiunan yang dulu ngangkut surat dan paket dari Sabang sampai Merauke, sekarang malah berjuang biar masa tuanya nggak sedih. Sementara sistem pengupahan katanya sih udah masuk fase “evaluasi”, tapi nggak jelas siapa yang evaluasi dan kapan hasilnya keluar.

Semoga aja, aspirasi ini bukan cuma masuk telinga kanan keluar lewat lift Gedung DPR. Soalnya, yang diminta bukan fasilitas, tapi sekadar keadilan buat pekerja yang udah nganterin negara sampai ke pelosok.