ManusiaSenayan.id – Selamat datang di Jawa Barat edisi “disiplin nasionalisme maksimal”! Di bawah komando Gubernur Dedi Mulyadi, kebijakan pendidikan berubah drastis: anak sekolah masuk jam 06.30 pagi, dilarang study tour, dan dilarang keluyuran malam. Hidup murid? Kurang liburan, kurang tidur, tapi full aturan!

Pertama, study tour dilarang total. Dedi langsung pecat kepala sekolah yang nekad ngajak anak-anak jalan-jalan. Alasannya mulia: mencegah biaya mahal. Tapi efeknya? Pegiat wisata demo pake 50 bus pariwisata, karena omzet drop dari Rp80 juta jadi Rp30 juta. Ada yang bilang, lebih ngeri dari COVID, Bang!

Belum reda soal tour, datanglah jam masuk sekolah super pagi: 06.30 WIB! Bangun subuh, sarapan buru-buru, nyangkut macet bareng orang kantoran. Kota Bekasi auto tolak: “Ini bukan masalah bangun pagi, tapi soal waras atau nggak!”

Dan jangan senang dulu, malam juga diawasi. Dedi mengeluarkan jam malam buat pelajar dari jam 9 malam sampai 4 pagi. Keluar malam? Harus darurat atau digandeng emak. Forum orang tua bilang: “Lho, terus anak-anak inspirasi nyari di mana? Laptopan di warung kopi aja dilarang?”

Wali Kota Bandung sih beda aliran. Study tour? “Ya boleh lah, asal nilainya nggak jeblok.” Bandung open-minded, katanya. Kota lain? Lagi sibuk nyari cara biar anak sekolah bisa on jam enam pagi tanpa zombie mode.

Intinya? Jabar makin kayak reality show survival. Yang kuat bangun pagi, tahan nggak liburan, dan diem di rumah habis isya, silakan bertahan. Yang lain? Mungkin bisa pindah sekolah ke… Mars.