ManusiaSenayan.id — Drama baru di panggung geopolitik lokal, sodara-sodara. Empat pulau yang tadinya ‘ngaku’ Aceh, tiba-tiba ganti KTP jadi warga Sumut. Namanya juga Indonesia, batas wilayah bisa kayak sinyal Wi-Fi—kadang ngambang, kadang nyasar.

Ketua Komisi II DPR, Bang Rifqi dari Partai NasDem, langsung buka forum Zoom (lagi) bareng Kemendagri dan Tim Rupa Bumi (yup, nama timnya udah kayak kru film dokumenter National Geographic) buat cari tahu, “Ini pulau-pulau aslinya numpang di mana sih?”

Rifqi janji kalau hasil investigasi peta zaman 2008-2009 itu nggak memuaskan, maka UU Provinsi Aceh dan Sumut bakal dikocok ulang. Intinya sih: siapa cepat klaim duluan, dia yang dapet.

“Kami akan panggil Mendagri, para kepala daerah, dan siapapun yang dulu pernah nentuin peta pakai penggaris miring,” ujar Rifqi, mantap.

Gubernur Aceh pun nggak tinggal diam. Pak Muzakir langsung pasang badan, bilang pemerintah pusat jangan bikin luka baru. Soalnya, kalau tanah bisa “dipindah”, gimana perasaan warga? Masa bangun rumah hari ini di Aceh, bangun tidur besok udah masuk Sumut?

Bahkan status penduduk juga jadi pertanyaan eksistensial. Warga empat pulau itu bingung: besok nyoblos caleg dari Aceh apa dari Medan?

Solusinya? Menunggu kajian ulang hari Selasa depan. Dipimpin langsung oleh Mendagri Tito, Ketua Tim Nasional Penamaan Rupa Bumi. Karena di negeri ini, nama tempat bisa berubah… asal rapatnya sepakat.