ManusiaSenayan.id – Jakarta bukan cuma rame sama macet, tapi juga rame sama aspirasi mahasiswa dan masyarakat yang lagi nyentil dunia pertambangan. Di forum Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bareng Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI, mereka ngeluarin unek-unek soal reklamasi tambang yang katanya masih zonk.
Wakil Ketua BAM, Adian Napitupulu, langsung angkat suara. Katanya, apa yang disampein mahasiswa itu sesuai sama realita di lapangan. Banyak tambang—baik perusahaan maupun rakyat—yang abis ngegarap lahan tapi gak tanggung jawab beresin lagi.
“Tidak ada jaminan reklamasi di sana. Semua memang bermain. Mulai dari bandarnya, kapalnya, dan seterusnya. Ini yang harus dibereskan,” tegas Adian.
Gak berhenti di situ, Adian juga nyorot masalah izin tambang tumpang tindih gara-gara pergeseran batas antarprovinsi. Contohnya di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, izin bisa terbit dobel. Kayak KTP punya kembaran, bikin bingung dan ngerugiin banyak pihak.
Terus ada drama kuota izin pemanfaatan kawasan hutan (IPPKH). Menurut Adian, kuota itu super misterius karena gak pernah diumumin. “Kuota itu tidak pernah dipublis. Yang tahu hanya kementerian. Jadi kasihan para perusahaan tambang, mereka sudah urus izin dan bayar kewajiban, tetapi ternyata kuotanya habis,” jelasnya.
Masalah lain yang bikin pusing: tambang ilegal alias “pelakor” (penambang lahan koridor). Aktivitas kayak gini makin bikin tata kelola tambang rusak, karena gak ada dasar hukum plus gak ikut program reklamasi.
Adian nutup dengan pesan keras: butuh pemimpin daerah yang berani, bersih, dan bebas dari kepentingan bisnis keluarga. Dan jangan lupa, kesadaran rakyat adalah benteng utama. “Kalau kesadaran rakyat itu kita bangun, mau sejahat apapun pemimpin, dia tidak akan bisa bertahan lama,” pungkasnya.