ManusiaSenayan.id – Wahai para ASN, selamat datang di era Work From Anywhere (WFA)! Mau kerja sambil ngopi di kafe, rebahan di rumah, atau duduk santai di pinggir kolam ikan hias juga bisa. Tapi ingat ya, kerja-nya jangan cuma di caption—kinerja-nya juga harus kelihatan.

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Dede Yusuf, udah pasang radar sejak aturan ini keluar. Kata beliau, WFA itu sah-sah aja, tapi jangan sampai jadi Work From Angkringan tapi Nggak Ngerjain.

“Jangan juga dilakukan WFA terus malah tidak kerja-kerja sama sekali, artinya tidak terlihat kinerjanya. Saya berharap harus ada fungsi KPI (key performance indicator) apabila ingin dilakukan WFA seperti ini. Jadi KPI apa yang bisa nanti bisa dilakukan evaluasi,” kata Dede, yang sepertinya udah cukup trauma sama mode WFH zaman pandemi dulu.

Dede juga nyentil: kalau ini soal efisiensi, boleh aja. Tapi kalo urusan layanan publik kayak bikin KTP dikerjain sambil camping di puncak gunung—ya wassalam.

“Artinya tidak bisa from anywhere seperti kayak pengurusan KTP, pengurusan-pengurusan lainnya yang sifatnya berhadapan dengan masyarakat secara langsung. Tetap harus didorong agar motivasi semangat kerja itu ada. Dikarenakan orang kalau berkantor itu semangat motivasinya ada karena ada yang mengawasi, ada yang memperhatikan,” Kata Dede

Beliau juga ngingetin, semangat kerja itu sering nongol karena ada yang ngawasin. Nah, kalau WFA jadi alasan buat ngilang dari radar, siap-siap kena zoom meeting dadakan jam 9 malam.

Sementara itu, PermenPANRB No. 4 Tahun 2025 udah resmi jadi tiket masuk ke era kerja fleksibel. Katanya sih biar ASN makin profesional, adaptif, dan hidupnya seimbang—antara kerja dan healing.

Tapi inget ya, bos-bos ASN: WFA itu privilege, bukan pelarian. Jadi jangan sampe negara bayar gaji, tapi hasil kerjanya cuma feed Instagram.