ManusiaSenayan.id – Pernah nggak sih beli beras di minimarket terus mikir, “Lah kok rasanya kayak subsidi tapi harganya kayak Sultan?” Ternyata feeling lo nggak salah, bestie.

Menteri Pertanian, Pak Amran Sulaiman, bareng rombongan tim elite—Satgas Pangan, Kemendag, dan Bapanas—turun langsung ke lapangan buat ngecek beras subsidi program SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Hasil investigasinya? Plot twist! Dari 100% beras subsidi, cuma 20% yang dipajang beneran, sisanya? Dioplos biar naik kasta jadi beras premium, dijual Rp 2.000-3.000 lebih mahal. Auto upgrade!

Negara niatnya bantu rakyat, kasih subsidi Rp 1.500 per kilo. Tapi para tukang oplos malah ambil kesempatan dalam kesempitan—dan negara pun tekor Rp 2 triliun per tahun, total Rp 10 triliun dalam lima tahun. Gila, ini udah kayak franchise beras oplosan nasional.

Pak Menteri bilang, ngungkap ini emang berat, tapi beliau siap tanggung risiko. Salut sih, tapi ya, kita jadi nanya: selama ini ke mana aja? Udah lima tahun, lho.

Yang bikin makin nyesek, beras oplosan ini masuk ke minimarket dan supermarket hits, udah kayak selebgram: eksis di mana-mana. Tapi setelah skandal ini kebongkar, katanya sih pihak minimarket udah tarik produk. Semoga bukan cuma tarik napas, ya.

Sementara itu, Kepala Bapanas, Pak Arief, bilang ini semua gara-gara SPHP pakai beras impor dengan kualitas “lumayan oke” (butiran patah cuma 5%). Jadi ya, gampang banget di-mix dan dijual mahal. Kreatif, sih… tapi kriminal.

Moral of the story: Di negeri +62, yang dioplos bukan cuma kopi, tapi beras subsidi juga bisa naik kelas. Yang susah tetap rakyat, yang untung? Ya, tahu sendirilah.