ManusiaSenayan.id – Di dunia nyata, bukan cuma sinetron yang penuh plot twist. Kali ini, panggungnya di Kemendikbudristek. Program Digitalisasi Pendidikan tahun 2019 – 2022 yang harusnya jadi penyelamat anak bangsa di masa pandemi, malah dicurigai jadi ladang korupsi. Katanya sih, proyek laptop Chromebook itu dibikin skenario-nya kayak nulis skrip film—penuh pengarah adegan dan twist ending.
Kejaksaan Agung sekarang lagi main “Detektif Conan Mode”, nyari siapa sebenarnya Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dari proyek ini. Dirjen kah? Menteri langsung kah? Masih misteri. Yang jelas, udah 28 saksi dipanggil, termasuk staf khusus mantan Menteri Nadiem. Siap-siap, kursi panas makin panas!
Yang bikin geleng-geleng kepala, ternyata hasil uji coba Chromebook dari 2019 udah bilang: gak efektif buat belajar. Tapi entah kenapa, tetap dipaksa masuk kurikulum pengadaan. Plotnya lebih absurd dari sinetron prime time. Ada yang bilang, ini bukan pengadaan, tapi “pengarahan”. Tim teknis diduga disetir buat bikin kajian seolah-olah Chromebook itu kebutuhan darurat bangsa.
Nadiem Makarim, sang eks Mendikbud, angkat suara, “Saya siap bekerja sama dan mendukung aparat penegak hukum dengan memberikan keterangan atau klarifikasi apabila diperlukan.” Beliau mengaku pengadaan itu bagian dari usaha ngebut di masa pandemi, biar anak-anak gak “learning loss”. Tapi ya… kalau ujung-ujungnya laptop gak kepake dan duit negara melayang, siapa yang tanggung jawab?
Negara pusing, rakyat batuk, siswa bengong. Belajar daring katanya, tapi laptopnya cuma jadi pajangan. Chromebook: murah di luar, mahal di anggaran. Siapa dalangnya? Kita tunggu babak selanjutnya.