ManusiaSenayan.id – Di rapat serius tapi kadang absurd di Senayan, Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, ngasih sindiran halus tapi nyess ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Intinya: “Bagaimana negara mampu melindungi setiap investasi yang masuk ini dapat berjalan berkelanjutan sehingga dampak ekonomi sosial dapat dirasakan tidak hanya pada segelintir orang saja?”
Soalnya, banyak banget investasi di Indonesia yang udah semangat datang, eh nyangkut di tengah jalan. Gara-garanya? Dari preman lokal yang merasa jadi pemilik tanah leluhur, sampai kriminalisasi yang bikin investor ngibrit pulang. Negara sih katanya hadir, tapi seringnya cuma buat potong pita pas peresmian doang.
Kak Novita juga nyentil soal investasi hijau yang lagi hits di dunia. Katanya, “Apakah ada bentuk insentif pemerintah pusat ke daerah yang memang fokus pada industri hijau?” Atau masih kalah pamor sama pabrik yang isinya asap doang?
Masuk ke ranah ekspor, Kak Novi ngeluh karena banyak industri ekspor megap-megap. Biaya kirim makin mahal, konflik di Timur Tengah bikin kapal nyasar, dan asuransi kayak minta nyawa. Solusinya? Ya kasih dong kredit berbunga rendah, atau subsidi bunga. Jangan cuma suruh mereka bersaing, tapi peralatannya dikasih modal sendiri.
“Menurut saya Pak Menteri beserta seluruh jajaran perlu mendorong yaitu dukungan pembiayaan ekspor atau kredit berbunga rendah atau subsidi bunga untuk industri berorientasi ekspor yang terdampak konflik atau hambatan logistik,” tegasnya dengan nada berapi-api.
Kalau negara mau disebut ramah investasi, ya jangan cuma pas foto-foto sama investor. Tapi juga turun tangan waktu mereka kesandung. Kalau enggak, yang datang cuma spekulan, bukan pengusaha beneran.