ManusiaSenayan.id – Komisi VII DPR RI turun ke KEK Sei Mangkei, bukan buat main di waterboom, tapi buat lihat langsung gimana nasib kawasan ekonomi yang katanya “khusus” tapi problematikanya umum banget. Rycko Menoza, si legislator dari Lampung, langsung buka suara: Kalau mau KEK ini laku keras, pemda dan pusat kudu kompak kayak boyband Korea. “Pemerintah pusat dapat memberikan insentif investasi dan membantu penyediaan infrastruktur, sementara pemerintah daerah dapat berperan dalam menyiapkan kerangka investasi yang menarik bagi investor dan menyiapkan infrastruktur di luar kawasan,” Ungkapnya.
Rycko juga punya ide out of the box: bikin tempat wisata buat narik investor. Katanya, “Saya melihat sudah mulai banyak investor yang membangun pabriknya di sini. Investor multinasional tersebut mungkin memerlukan fasilitas-fasilitas penunjang seperti tempat wisata untuk menarik minat mereka.” Investor itu juga manusia, butuh healing!.
Daftarnya? Pemandian air panas, taman miniatur dunia, sampai waterboom. Jujurly, antara konsep KEK dan tempat wisatanya kayak nabrak genre—industri berat dipasangin sama taman selfie.
Masalah lain? Gas mahal, gens. Harga gas industri di kawasan ini masih bikin pabrik-pabrik mikir ulang mau hidupin mesin atau hidupin lilin. Rycko janji akan bawa ini ke DPR, tapi ya semoga bukan cuma jadi bahan obrolan saat coffee break rapat.
Sebagai mantan bupati, Rycko paham kalau investasi butuh lebih dari sekadar brosur penuh jargon. KEK butuh akses, sinergi, dan gas murah—bukan sekadar pemandian air panas.
Jadi, kalau mau KEK Sei Mangkei gak cuma jadi taman industri hampa, pemda jangan cuma numpang nama, pusat jangan cuma kirim janji, dan wisata jangan cuma jadi gimmick.
Karena KEK tanpa koordinasi itu kayak taman air tanpa air—kosong dan bikin kecewa.