ManusiaSenayan.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang katanya buat bantu anak sekolah malah bikin geger. Di Bogor, 223 siswa dari TK sampai SMA keracunan makanan dan sekarang statusnya udah resmi jadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Gila sih, niatnya mau sehat, ujung-ujungnya malah opname.

Karena insiden ini, Badan Gizi Nasional (BGN) langsung nge-brake salah satu kantin sekolah yang jadi pilot project: SPPG Bosowa Bina Insani. Kata Kepala BGN, Dadan Hindayana, kantin ini awalnya dipilih karena katanya bersih, fasilitas oke, pengiriman lancar—pokoknya ideal banget buat jadi contoh. Tapi ternyata… zonk juga.

“Untuk sementara, kita hentikan dulu operasionalnya. Harus ada evaluasi total,” ujar Dadan waktu konferensi pers, 14 Mei lalu.

Masalahnya bukan cuma makanan basi atau telat dimakan. Dadan bilang sistemnya bakal dibenahi: dari pemilihan bahan, cara masak, waktu kirim, sampai durasi makan di sekolah—semuanya dicek ulang. Bahkan murid yang biasa bawa pulang makanan juga nggak bakal dibolehin lagi. Takut basi? Ya jelas.

Yang bikin banyak orang makin curiga: ada isu soal “ngirit bahan makanan”. Tapi Dadan ngotot, katanya nggak ada tuh ngirit-ngiritan karena semua pakai sistem at cost—harga bahan ditanggung pemerintah, jadi kualitas makanan harusnya tetap aman.

Tapi gini ya, program sebesar ini harusnya nggak boleh kecolongan. Kalau di satu sekolah bisa keracunan massal, gimana di daerah lain yang fasilitasnya nggak se-wah itu? Jangan-jangan lebih parah.

Anak sekolah butuh makan sehat dan gratis, iya. Tapi bukan berarti bisa asal eksekusi program tanpa cek kualitas. Kesehatan itu soal nyawa, bukan cuma angka di laporan.

Jadi catet nih: jangan cuma kejar kuantitas, tapi kualitas juga harus nomor satu. Kalau nggak siap, lebih baik rem dulu daripada banyak anak jadi korban.