ManusiaSenayan.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) niatnya bikin anak-anak sekolah tambah sehat, tapi kenyataannya malah bikin pusing. Bukan cuma pusing kepala, tapi juga pusing perut alias keracunan massal. Dari Januari sampai September 2025, udah tercatat 5.626 kasus keracunan di 17 provinsi. Dari Banggai Kepulauan, Garut, Tasikmalaya, sampai Bau-Bau, banyak yang kena imbas.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Yahya Zaini akhirnya kasih usul biar pengelolaan MBG jangan diserahkan ke mitra luar dulu. Menurutnya, “Mengingat banyaknya kasus keracunan, perlu dipikirkan alternatif MBG dikelola sekolah bersama komite sekolah.” Dengan begitu, makanan bisa lebih terjamin kualitas dan keamanannya. Yahya menambahkan, “Karena akan lebih terjamin higienitas dan keamanannya serta sesuai selera anak-anak sekolah. Mereka sudah paham selera anak-anak sekolahnya.”

Selain masalah keracunan, ternyata ada drama anggaran juga. Dari total Rp71 triliun, sampai September baru terserap Rp13,2 triliun alias cuma 18,6 persen. Padahal, BGN klaim MBG sudah berjalan di 38 provinsi dengan 22 juta penerima manfaat. Menkeu bahkan sudah wanti-wanti, kalau Oktober masih lambat, dana bisa ditarik buat keperluan lain.

Masalah lain, laporan Transparency International Indonesia (TII) nunjukkin bahwa banyak menu MBG nggak sampai Rp10 ribu per anak. Nggak heran kalau publik makin curiga. Yahya juga ngingetin, “Karena transparansi dan akuntabilitas yang lemah, dikhawatirkan akan memperbesar risiko penyalahgunaan anggaran.”

Intinya, program MBG ini idenya keren banget. Tapi kalau masih sering bikin anak keracunan, ya sama aja kayak “makan siang gratis berubah jadi taruhan sakit perut.” Solusi DPR: biar sekolah yang langsung ngurus. Lebih aman, sehat, dan jelas sesuai lidah bocil-bocil.