ManusiaSenayan.id – Cerita tentang pembangunan di Papua kayaknya belum pernah happy ending. Kali ini giliran Romy yang angkat suara. Beliau minta Kementerian Keuangan dan Bappenas jangan terlalu kaku mikirin efisiensi fiskal. Bahasa sederhananya: jangan cuma mikirin angka, tapi mikirin manusia juga.

“Ini bukan sekadar soal data atau angka. Ini soal panggilan jiwa sebagai bangsa. Kita harus memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil, setiap rupiah yang dianggarkan untuk Papua, mencerminkan keadilan dan empati yang tulus,” kata Romy.

Kemudian Bang Romy dorong kebijakan afirmatif yang lebih berani.

“Diperlukan terobosan konkret dan kebijakan afirmatif yang lebih berani. Tanpa itu, percepatan pembangunan di DOB Papua tidak akan maksimal, dan manfaatnya tidak akan dirasakan langsung oleh masyarakat,” tegasnya.

Masuk ke babak plot twist berikutnya, Mendagri Tito Karnavian buka hasil evaluasi 4 provinsi baru alias DOB di Papua: Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua Barat Daya. Siapa sangka, Papua Tengah jadi juara pendapatan—48% bro, nomor dua se-Indonesia!

Tapi, ada tapinya. Uangnya masuk, belanjanya nggak jalan. Pendapatan 48%, tapi belanja baru 15%. Tito bilang duitnya nyangkut karena rotasi kepala dinas. Alias, “tahan dulu ya, nunggu bos baru”.

Lain cerita di Papua Pegunungan: pendapatan baru 14%, belanja udah 20%. Artinya, belanja dulu baru cari duit.

Papua Selatan dan Papua Barat Daya juga sama, masih ngandelin pusat. Intinya, duit udah turun, tapi manfaatnya belum terasa. Yang dibangun masih lebih banyak janji ketimbang jembatan.

Jadi kesimpulannya: kalau DOB itu rumah baru, tolong jangan cuma bangun pintunya. Isinya juga penting—termasuk orang-orang yang tahu cara pake anggarannya.