ManusiaSenayan.id – Gengs bayangin lo jadi korban kekerasan seksual. Udah susah payah ngumpulin nyali buat lapor ke kantor polisi, eh yang seharusnya ngasih perlindungan malah jadi pelaku episode dua. Kayak nonton drama kriminal, tapi ini bukan Netflix — ini Indonesia 2025.

Jadi, ceritanya seorang perempuan inisial MML dateng ke Polsek Wewewa Selatan, NTT, buat lapor kasus pemerkosaan. Tapi bukannya dapet keadilan, dia malah kena “plot twist” dari Aipda PS, polisi yang katanya pelindung rakyat, malah jadi predator berseragam.

Aipda PS ini sampe jemput korban ke rumah dengan dalih “pemeriksaan”. Tapi bukan diperiksa kasusnya, malah diserang lagi secara seksual di markas Polsek. Lo bayangin, ini kayak datang ke rumah sakit buat diobatin, tapi malah ditusuk lagi!

Anggota Komisi III DPR RI Sarifuddin Sudding, langsung nyorot tajam. Katanya, “Seorang warga negara datang ke kantor polisi karena telah menjadi korban kejahatan seksual. Tapi alih-alih mendapat perlindungan, dia justru menjadi korban untuk kedua kalinya oleh mereka yang seharusnya menjadi pelindung.”

Ini bukan cuma soal oknum, tapi udah sinyal merah buat sistem hukum kita. Polisi harusnya jadi tempat paling aman, tapi kalau kayak gini, kantor polisi bisa-bisa ganti nama jadi “zona bahaya“.

Kita tidak bisa terus-menerus berlindung di balik narasi ‘oknum‘. Jika kasus seperti ini terus muncul, berarti ada yang salah dalam sistem rekrutmen, pelatihan, dan pengawasan aparat. Sudah saatnya Polri membersihkan institusinya secara serius dari mental predator berseragam,” tegas Bang Sudding.

Dan plis, jangan lagi ditutup-tutupi pake dalih “pelanggaran etik“. Ini kejahatan, bro! Harusnya Aipda PS diadili di pengadilan umum, bukan cuma dimarahin di ruang rapat. Hukum harus transparan, jangan kayak CCTV rusak.

Bang Sudding juga bilang, ini bukti sistem rekrutmen dan pembinaan Polri lagi error. Kalau predator bisa lolos jadi polisi, berarti ada yang bocor di sistemnya.

Jadi, mau sampai kapan rakyat takut lapor karena takut dilaporin balik ke trauma? Negara hukum harusnya bikin aman, bukan makin nyiksa.