ManusiaSenayan.id — Dalam serial lanjutan “Dewan Turun Gunung”, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Sari Yuliati dari Partai Golkar tampil bak tokoh utama sinetron: tegas, idealis, dan siap melawan mafia (bukan mafia film, tapi mafia tanah, narkoba, dan korupsi).

Dalam kunjungan kerja reses ke Bengkulu, Sari tak tanggung-tanggung. Bertemu langsung dengan trio jagoan hukum lokalKapolda, Kajati, dan Kepala BNNP—ia menyuarakan pesan keras: “Hukum jangan cuma tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Tajam ke semua arah dong, biar adil!”

Di tengah aroma kopi Bengkulu yang semerbak, Sari menggugat sistem hukum yang katanya masih doyan main petak umpet dengan kepentingan. “Kalau hukum masih jadi alat kekuasaan, bukan keadilan, ya udah bubarin aja sekalian,” begitu kira-kira vibes-nya. Ia juga mengutip visi Asta Cita dari Presiden Prabowo, yang menginginkan hukum jadi alat pemberdayaan. Bukan pemberangusan.

Sambil membakar semangat reformasi struktural dan digitalisasi lembaga hukum, Sari kayak ngajak semua institusi penegak hukum ikut “upgrade OS”. “Nggak bisa dong ngelawan kejahatan Gen Z pake cara jadul ala Orba,” ujarnya. Mungkin maksudnya: stop ngetik laporan pakai mesin ketik warisan nenek.

Tapi tenang, ini bukan kunjungan “numpang selfie”. Sari menegaskan kunjungan ini bukan demi stempel absen reses belaka. Ia minta laporan beneran, bukan yang dicopy dari dokumen 2023. “Kalau ada kendala, bilang aja. Komisi III siap bantu—asal jangan minta fasilitas karaoke,” candanya dalam hati (mungkin).

Akhirnya, Sari menutup dengan janji manis khas pejabat: siap memperjuangkan aspirasi daerah. Entah nanti hasilnya nyata atau tinggal janji, yang jelas, untuk hari itu—hukum jadi topik yang (lagi-lagi) keren dibahas.