ManusiaSenayan.id – Bandara Soekarno-Hatta biasanya rame sama orang yang mau liburan atau kerjaan. Tapi Selasa (26/8/2025) ada pemandangan beda. Di depan Gate 5 Terminal Domestik, nongol bus hitam bertuliskan “Universitas Diponegoro”. Bukan turis, tapi rombongan peneliti yang siap “turun gunung” ke desa-desa transmigrasi.

Yang nyambut juga bukan orang sembarangan. Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi, langsung hadir, senyum-senyum sambil salaman sama mereka satu-satu. Jadi vibes-nya kayak guru besar nyemangatin muridnya sebelum lomba. Bedanya, ini bukan lomba biasa, tapi ekspedisi skala nasional.

Viva Yoga ngumumin kalau 2.000 peneliti bakal dikirim ke 154 kawasan transmigrasi, dari Sabang sampai Merauke. Isinya campur: ada 42 profesor, 358 doktor, ratusan sarjana & magister, plus mahasiswa-mahasiswa kece. Kampus asalnya pun keren, mulai dari ITB, UI, UGM, IPB, Undip, Unpad, ITS, sampai universitas lokal kayak Unsulbar, Tadulako, dan Undana. Intinya, ini all star team-nya kampus-kampus Indonesia.

“Mereka diseleksi langsung sama kampus masing-masing, jadi yang berangkat ini orang-orang terbaik,” kata Viva Yoga, yang juga alumni UI.

Misi mereka? Riset habis-habisan. Dari ngecek potensi ekonomi, budaya, sosial, sampai kebutuhan dasar kayak infrastruktur, pendidikan, kesehatan, bahkan produk unggulan lokal. Jadi nggak sekadar jalan-jalan ke desa, tapi bawa pulang data valid yang bisa dipakai pemerintah buat ngerancang kebijakan transmigrasi berikutnya.

Viva Yoga bilang program ini bukan cuma rutinitas kementerian, tapi juga cara biar kampus makin nyambung sama masyarakat. Bahasa kerennya sih bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Jadi mahasiswa & dosen nggak cuma sibuk di kelas, tapi juga turun langsung ke lapangan.

Yang lebih menarik, transmigrasi sekarang nggak lagi dikerjain satu kementerian doang. Harus kerja bareng: PU, Pertanian, Koperasi, ATR/BPN, Badan Pangan Nasional ikut nimbrung. Semua program dikumpulin jadi satu paket di kawasan transmigrasi.

“Kalau semua jalan bareng, transmigrasi bisa jadi strategi pembangunan nasional, bukan cuma program rutin,” tegas Viva Yoga.

Singkatnya, ini bukan sekadar ekspedisi. Ini kayak “KKN level nasional”, di mana anak kampus plus dosen turun langsung buat bantu nge-upgrade desa-desa transmigrasi. Dari kampus untuk desa, dari desa untuk Indonesia. Salut banget sih!