ManusiaSenayan.id – Drama politik kali ini setting-nya pindah ke Kalimantan Timur. Bayangin, Ketua Kadin Kaltim, Dayang Donna Walfaries Tania, lagi hits bukan karena gebrakan ekonomi, tapi karena statusnya yang naik kelas jadi tersangka korupsi. Bahkan udah kayak promo “beli satu gratis satu”, soalnya ada nama Rudy Ong Chandra yang udah duluan diparkir KPK.

Nah, sebelum netizen buru-buru ngecap, perlu diingat: tersangka itu belum tentu bersalah, masih ada pengadilan. Tapi ya gimana, di dunia organisasi gede kayak Kadin, punya ketua dengan status “tersangka korupsi” itu sama aja kayak bawa durian ke dalam rapat: baunya nyengat ke mana-mana, semua orang langsung pengen mundur.

Secara teori hukum organisasi, Kadin tuh punya AD/ART. Isinya jelas: kalau pengurus bermasalah atau berhalangan tetap, ada mekanisme ganti pemain. Artinya, jangan sampai Kadin keliatan kayak tim bola yang tetep maksa mainin striker cedera—ya jelas kacau. Apalagi Kadin kan mitra pemerintah, investor, dan para pengusaha. Kalau citra udah keruh gara-gara kasus hukum, siapa yang mau percaya sama omongan “transparansi” dan “good governance”?

Di titik ini, pilihan elegan buat Dayang Donna sebenarnya simpel: cuti atau mundur sementara. Biar KPK bisa kerja, Kadin bisa jalan, dan publik nggak makin ilfil. Tapi, kalau dia kekeh nempel kursi, ya sama aja kayak orang ngotot jadi driver online padahal SIM-nya baru dicabut polisi. Ribet kan?

Masalahnya, organisasi kayak Kadin itu nggak cuma soal loyalitas personal. Kalau masih mengedepankan “temen gue, bos gue, ya udah cuek aja,” lama-lama bisa jadi kartun: organisasi bisnis tapi manajemennya kalah sama tongkrongan warkop. Padahal yang dibutuhin justru integritas, biar dunia usaha nggak makin dicap hobi main di jalur gelap.

Pesan moral dari drama ini? Sederhana tapi pedes: jangan tunggu organisasi hancur dulu baru sibuk benahi. Kalau pemimpin lagi bermasalah, ya kasih jalan hukum berjalan santai tanpa intervensi. Di sisi lain, organisasi tetap bisa muter normal, bahkan nunjukin ke publik kalau mereka berdiri tegak sama prinsip hukum, bukan cuma gengsi jabatan.

Jadi, kalau ada yang masih mikir Kadin bisa jalan normal dengan ketua berstatus tersangka, coba tanya balik: mau bangun ekonomi atau mau bikin sinetron “Pengusaha Tersandung Kasus”?