ManusiaSenayan.id – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) makin jadi tradisi tahunan, kayak musim durian, tapi bedanya ini nggak enak sama sekali. Wakil Ketua Komisi IV DPR, Bang Alex Indra Lukman, udah kayak orang paling sabar di dunia—lagi-lagi ngingetin pemerintah soal pentingnya gercep (gerak cepat), bukan cuma gerak jempol doang.
Bayangin aja, ada 694 titik panas di Sumatera, dan Riau nyumbang paling banyak: 259 titik! Rokan Hulu dan Rokan Hilir kayak lagi lomba siapa paling panas. Lucunya, helikopter pemadam kebakaran di Riau malah nggak bisa terbang. Alasannya? Entahlah, mungkin lagi mogok kerja atau nunggu bensin Pertamax Turbo.
Sementara itu, para pahlawan darat—Manggala Agni, TNI, Polri, dan relawan—terpaksa main sulap: matiin api pake tongkat karena air pun nggak ada. Sedih banget, gengs. Udah kayak main RPG di level hard mode tanpa senjata.
Padahal, katanya kita punya Karhutla Monitoring System (KMS) yang canggih banget. Bisa kasih data real time, resolusi 50×50 cm, ngalahin kamera HP lo! Tapi kok kayaknya datanya cuma buat dipajang doang, ya?
Bang Alex nyindir halus—tapi pedes—soal REDD+:
“KMS yang berada di bawah kendali Kantor BP REDD+ Jakarta ini, mempunyai tiga tujuan penggunaan yaitu pencegahan, pengawasan dan penegakan hukum. Dalam kasus Karhutla tahun 2025 ini, BP REDD+ belum tampak kinerjanya di mata publik,” Tegasnya.
Katanya punya misi pencegahan dan penegakan hukum, tapi pas karhutla malah kayak mode “invisible”. Warga sesak napas, Malaysia kirim komplen, pemerintah? Masih mikir.
Bang Alex cuma pengen satu:
“Saatnya, Badan Pengelola REDD+ membuktikan kehadirannya memang bermanfaat menunjang Asta Cita Presiden Prabowo dalam mewujudkan percepatan pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif dan berkelanjutan,” tutup Alex.
Jangan biarin karhutla terus jadi tontonan tahunan. Kalau KMS dan sistem lainnya nggak dimanfaatin, mending sekalian diganti nama aja jadi KMS: Kita Masih Santai.
Sekian laporan dari hutan yang kepanasan. Semoga tahun depan nggak lagi jadi “season 2” dari bencana yang sama.