ManusiaSenayan.id – Di tengah drama sinetron negeri +62 yang makin absurd, ada satu kisah nyata yang bikin semua kepala waras mengelus dada: 12 cowok ngeroyok 1 anak cewek. Bukan ngeroyok biasa—tapi pemerkosaan bergiliran selama 4 hari. Kalau ini bukan kebiadaban, kita nggak tahu lagi apa namanya.

Sari Yuliati, Wakil Ketua Komisi III DPR, yang biasanya kalem, kali ini angkat suara dengan nada penuh amarah. “Kasus pemerkosaan di Cianjur yang melibatkan 12 orang pelaku merupakan tindakan biadab dan sangat tidak berperikemanusiaan. Saya sangat menyayangkan kejadian ini bisa terjadi.” Tegasnya, sambil berharap polisi kerja serius dan profesional, bukan sekadar selfie pas OTT.

Polres Cianjur sih udah nangkep 10 pelaku, tinggal 2 lagi yang entah masih ngopi di warung atau sembunyi di balik akun fake IG. Kata polisi, “Identitas udah dikantongin kok.” Semoga bukan di kantong celana yang dicuci terus lupa dikeluarin.

Sari juga wanti-wanti nih: jangan ada damai-damaian. “Jangan sampai ada upaya penyelesaian melalui mekanisme di luar pengadilan atau melalui jalan damai, karena korban harus mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya,” katanya. Korban itu butuh keadilan, bukan kue syukuran.

Dan yang paling penting, katanya: pelaku harus dihukum maksimal. Bukan biar puas, tapi biar jadi alarm keras buat semua predator berkedok manusia. Biar tahu: nyawa orang bukan barang mainan.

Korban sendiri, sebut saja Mawar (16), baru bisa pulang dan lapor setelah diseret dari satu lokasi ke lokasi lain selama empat hari. Bayangin: anak di bawah umur, ditelantarkan, disakiti, terus harus kuat ngadepin proses hukum. Sementara pelaku? Masih ada yang ngumpet kayak anak ilang di mall.

Negara harus hadir, bukan cuma lewat pernyataan, tapi lewat tindakan nyata. Karena ini bukan urusan rating, ini urusan kemanusiaan.