ManusiaSenayan.id – Drama Pemilu kembali naik panggung, kali ini dengan plot twist dari Mahkamah Konstitusi (MK): pemilu nasional dan pemilu daerah resmi dipisah jadwalnya! Dan siapa yang langsung kasih komentar santai tapi pedas? Yup, Sultan B Najamudin, Ketua DPD RI.
Sultan nggak langsung lempar confetti, tapi bilang, “Pembaharuan data pemilih akan sangat cepat dan menjadi tantangan tersendiri, sehingga membutuhkan upaya yang ekstra bagi penyelenggara. Karena jarak waktu 2 tahun (jadwal pelaksanaan pemilu nasional dan daerah) adalah waktu yang signifikan mempengaruhi jumlah penduduk dan daftar pemilih tetap.”
Pemilu: Edisi Nasional vs Lokal
Jadi gini, MK bilang pemilu nasional (Presiden, DPR, DPD) dan pemilu lokal (DPRD, Gubernur, Bupati, Walikota) harus dikasih jarak minimal 2 tahun, maksimal 2,5 tahun. Alasannya? Biar kerjaan penyelenggara gak kayak deadline anak magang: mepet terus.
Sultan sih dukung, tapi kasih kode keras buat pemerintah dan pembuat UU: “Keputusan MK ini cukup baik dan penting, tidak hanya dalam mengurai persoalan beban kerja para penyelenggara pemilu, tapi juga merupakan momentum untuk menata kembali struktur kekuasaan legislatif kita dalam UU MD3. Karena DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah telah dimasukkan dalam kelompok Pemilu lokal.”
UU MD3, Kamu Harus Pecah!
Sultan, mantan Wagub Bengkulu yang sekarang jadi “senator galak”, bahkan usul UU MD3 dibelah dua. “Harusnya DPRD punya UU sendiri, jangan numpang terus di UU parlemen pusat. DPR, DPD, MPR biar punya rumah hukum masing-masing,” ujarnya. Terdengar seperti percakapan mantan: “Kamu butuh ruang sendiri!”
Dari Hilir ke Hulu: Pemilu Versi Update
Sultan juga bilang ini saatnya ngatur ulang struktur kekuasaan. “DPRD itu sekarang udah dianggap bagian dari pemerintah daerah, ya udah… mainnya di level lokal aja, jangan terus dibarengin sama pemilu pusat,” katanya, sembari menatap jauh seperti mikirin masa depan demokrasi yang nggak campur aduk.
Pemilu nasional dan lokal akhirnya LDR. Sultan setuju, asal semua pihak siap. Tapi jangan sampai karena jadwal dipisah, data pemilih malah bingung pulang ke mana. Jadi, siap-siap, sobat pemilih… pesta demokrasi bakal datang dua kali lipat—capeknya juga, jangan-jangan dua kali!