ManusiaSenayan.id – Menteri ESDM Bahlil Lahadalia lagi-lagi bikin manuver. Kali ini, doi ngajak Rusia—yes, negeri beruang merah itu—buat ikutan nimbrung garap proyek migas di Indonesia. Acaranya? Nggak main-main, sekalian nebeng kunjungan kerja bareng Presiden Prabowo ke Saint Petersburg, ketemu langsung sama Putin di Istana Konstantinovsky. Fancy, bukan?
Bahlil dengan gaya khasnya ngelontarin undangan manis ke investor migas Rusia: “Yuk bantu cari minyak dan gas di laut kita, siapa tahu nemu yang masih perawan cadangannya.” Ya kali Rusia nolak.
Di dalam negeri, Ketua Komisi XII DPR, Bambang Patijaya, kasih respons adem. Katanya sih, “Tentu saja kita apresiasi atas penjajakan kerja sama dengan Rusia dan investasi yang dibawa di bidang migas, karena upaya-upaya positif seperti ini bermuara pada mendukung tercapainya kemandirian energi.”
Soalnya kalau beneran jadi, proyek ini bisa bantu Indonesia lepas dari ketergantungan energi impor. Bisa dibilang, mimpinya: energi merdeka, bukan sekadar merdeka di atas kertas doang.
Menurut politisi asal Bangka Belitung itu, “Dengan terobosan dan inovasi teknologi yang dibawa, dapat berkontribusi dalam meningkatkan produksi Migas Indonesia.” Jadi bisa bantu ngegas (literally) produksi migas dalam negeri yang udah ngos-ngosan.
Tapi netizen udah mulai waswas: “Jangan-jangan nanti kita jadi importir teknologi bor minyak pake menu tulisan Cyrillic.” Sementara yang lain ngebayangin ada SPBU pake logo Putin senyum.
Singkatnya, Indonesia ngajak Rusia ngedate di ladang minyak dan gas. Harapannya? Sama kayak hubungan LDR—bisa saling ngisi dan nggak nge-ghosting. Tapi ya, semoga aja beneran mutual benefit, bukan cuma bawa-bawa nama “kerja sama strategis” tapi ujung-ujungnya kita yang disuruh bayar tagihan listrik lebih mahal.
Kalau beneran jadi, semoga sumur migasnya nggak cuma dalam secara geologi, tapi juga dalam secara makna: demi energi yang adil, merata, dan nggak bikin rakyat tekor tiap isi tabung gas.